Berita Terkini :
Home » » Guru Sebagai Sahabat Dan Pembimbing

Guru Sebagai Sahabat Dan Pembimbing

Merupakan sebuah lompatan besar dan kemajuan tentunya jika dalam dunia pendidikan dewasa ini telah banyak perubahan begitu frontal dalam sistem KBM (kegiatan belajar mengajar) di negara kita dalam dekade terakhir. Saat ini, antara Guru dan murid dituntut untuk saling interaktif, dan lebih kreatif dalam mengembangkan kemampuan mereka dalam proses belajar.Tidak seperti masa-masa lalu, yang mana murid lebih banyak dan cenderung sangat pasif. Guru berdiri menerangkan (membaca dari buku) dan murid hanya mendengarkan, setelah itu menyalin tulisan yang ada di buku tadi, totally copied !Namun sekarang semua itu telah berubah, murid dirangsang dan difasilitasi untuk mengembangkan apa yang dipelajarinya, apalagi hal ini sekarang didukung penuh dengan kemajuan teknologi dan informasi. Hampir semua lembaga pendidikan, baik yang formal atau non-formal, memanfaatkan kemajuan teknologi ini .

Tak hanya itu, berbagai metode ditawarkan. Kita mengenal istilah-istilah semacam CBSA (cara belajar siswa aktif),quantum learning, ada juga CTL (contextual teaching and learning), Pingu, dan lain sebagainya. Dan semua bertujuan umum satu, bagaimana membuat murid itu paham dengan apa yang diajarkan, dan bisa melakukan praktek dan mengamalkan apa yang diajarkan, tidak sekedar tahu teori saja. Dalam istilah pesantrennya, al-ilmu bil amal, ilmu dengan amal. Hanya saja, sebagian besar metode-metode itu, kita serap dan kita adaptasi dari dunia pendidikan barat, dunia yang kita tahu bahwa mereka lebih maju dalam segalanya daripada kita. Bagus memang, sebab masih termasuk juga dalam bab al-hikmah dhoollatul mu’min. Ilmu pengetahuan orang mu’min yang hilang. Sebuah kata bijak mengatakan, khudzil hikmata min ayyi wi`a-in khorojat, ambillah kebijakan, ambillah ilmu dan pengetahuan dari mana saja sumbernya, meski dari barat sekalipun. Namun kita juga harus ingat, sebagai seorang muslim yang baik, kita tetap harus bangga dengan “produk” sendiri. Sebab sebenarnya sejak 1400 tahun lalu, Nabi kita, Nabi Muhammad S.a.w pun ternyata telah mengembangkan dan menawarkan metode pengajaran yang memiliki karakter tersendiri. Dan jika kita mau teliti, dan menarik urutan benang merah lebih ke belakang lagi, berbagai metode yang dikembangkan oleh barat dalam dunia pendidikan mereka (yang lantas kita ambil itu), ternyata mengambil dan mengadopsi metode pengajaran yang telah lama ditawarkan Nabi Muhammad S.a.w. Ironisnya, kita sendiri tidak banyak yang mengetahui hal ini. Karena data sejarah mengatakan, Umat Islam telah jauh berkembang terlebih dahulu, saat bangsa-bangsa Eropa masih dalam kegelapan, dan itu pada abad pertengahan. Ilmu pengetahuan yang mereka dapat, adalah semua dari universitas-universitas Islam yang berdiri di semenenjung Iberia, Andalusia (Spanyol dan Portugal sekarang). Belum perguruan-perguruan tinggi yang tersebar hampir di semua wilayah Islam yang sampai sekarang sebagian masih eksis dengan karakteristik dan metode pendidikan yang menyendiri, semisal Al-Azhar (di Mesir), dan Qoiruwan (di Maroko). Walau sekarang kenyataan yang ada, kita umat Islam tertinggal jauh dari mereka . Nabi tidak sekedar duduk membacakan ayat dan para sahabat mengelilinginya sambil mendengarkan saja. Sebuah imajinasi dan persepsi yang keliru jika kita mengilustrasikan bahwa Nabi dalam mengajar dan menyampaikan wahyu ilahi hanya seperti itu saja caranya. Tentu tidak logis juga jika cara yang monoton dan pasif seperti itu bisa menghasilkan kader-kader penakluk dunia yang nama mereka tercatat dan terekam abadi dalam tinta emas sejarah, bahkan mampu menghilangkan dua negara super power dari peta dunia pada masa itu, Dinasti Sasanid di Teisphon, Persia (Republik Islam Iran sekarang) dan Imperium Romawi Byzantium di Konstantinopel (Turki sekarang). Jika tidak karena Nabi memiliki sistem dan metode pendidikan yang istimewa dan punya kekuatan karakter tersendiri. Semisal pemutaran video, penggunaan proyektor, pemanfaatan internet, dsb. Tidak hanya sekolah dan tempat pendidikan berbasis umum yang menggunakan ini, bahkan dunia pesantren pun telah menggunakannya, walau mereka juga tetap mempertahankan system lama yang jadi cirri khas mereka, yaitu sorogan dan bandongan (al-muhafadzoh alal qodim-is sholih, wa-l akhdzu bi-l jadid al-aslah). Dan ini sebab kesalahan umat islam sendiri, untuk lebih lengkap, bisa anda baca buku sirru ta-akkhuril-muslimin (rahasia kemunduran umat islam) karya Aly Thontowi, juga buku madzakhosirol alam bi-n khithotil muslimin (kerugian yang dialami dunia sebab kemunduran umat Islam) karya Aly Hasani Annadwi. Dan inti dari kemunduran itu adalah al-wahn dan ketakutan akan kematian.
Disadur dari Andrea Hirata Oleh Logita Anugraha
Share this article :

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Like Kami

Popular Posts

picasion.com
 
Alamat : Jalan Ferdinan Allaw | Desa Rawak Hilir | Kec. Sekadau Hulu Kab. Sekadau
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. MIA Rawak - All Rights Reserved
Template Edit by Logita Anugraha Published by MIS Amaliyah Rawak